Senin, 30 April 2012

Kisah Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak


Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan
pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di
sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu
menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi
pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu
menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama
diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang
serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal
kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi
membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang
sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal
hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya
katakan????
Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang
kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu
kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba
seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan
bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku
menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi
rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si
Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau
telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya
memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.
PESAN:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.
Kita sudah banyak mempelajari tuntunan Islam apalagi berkenaan dengan berbakti
kepada kedua orangtua.Tapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi
diamalkan???
Ingat! ingat! Banyak ilmu bukanlah kunci masuk syurganya Allah.

TANGISAN ROSULULLOH S.A.W MENGGUNCANGKAN ARASSY


      Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah,
beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya
Karim!”
Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu
berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah
s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti
diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang
gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:
      “Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku,
karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan
kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya:
      “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi
bagaimana kau beriman kepadanya?”
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah
melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu
dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.
Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah
Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia
tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.
“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk
mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang
Arab itu, seraya berkata kepadanya:
      “Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya
dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk
menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi
membawa berita.
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya
Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah
kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa
Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik
yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi.
Maka orang Arab itu pula berkata:
     “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas
amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang
Arab badwi itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah
bertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka
hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,’ jawab orang itu.
‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan
memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan
kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa
kedermawanannya!’
Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis
mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh
membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
     “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda:
Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari
bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa
Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya.
Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga
nanti!” Betapa sukanya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis
karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.
     Subhanallah......

MY FAMILY


Inilah keluargaku.Keluarga yang selalu aku sayangi dan selalu aku rindukan.Wajah-wajah mereka
selalu membangkitkan kenanganku
pada masa lalu.Seribu,atau bahkan
sejuta harapan,semoga kelak aku
bisa kembali berkumpul dengan
mereka lagi.Yaa...ALLAH..
Lindungilah semua keluarga hamba
dari segala marabahaya dan bala'
 dunia.....Amien..amien...Yaa...
Robbal 'Alamiennn...

MY BROTHER AND MY SISTER




Mereka adalah saudara-saudaraku yang juga sangat aku sayangi dan selalu aku rindukan.Kami pernah hidup bersama dalam satu keluarga yang sangat bahagia.Kebahagiaan dan keceriaan masa kanak-kanak,telah melukiskan kenangan yang tak akan pernah bisa aku lupakan,walau sejauh apapun kini kami terpisah.Setiap kali melihat photo mereka,kerinduan dan keinginan untuk berkumpul kembali seperti dulu seakan tidak bisa di bendung lagi.Aku selalu merindukan saat-saat seperti waktu kita masih anak-anak dulu...
     Yaa ALLAH....Lindungilah saudara-saudaraku semua.....dimanapun mereka berada.....Pertemukanlah kami dalam suasana yang penuh kebahagiaan dan keceriaan kelak......

AYAH DAN BUNDA

Mereka adalah orang-orang yang paling berarti di dalam hidupku.Orang-orang yang paling aku hormati dan paling aku sayangi.Karena merekalah aku terlahir kedunia ini.Dan mereka pulalah yang telah mengukir jiwa ragaku,sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini.Ayah,Bunda,jasamu tiada pernah terbayar dengan apapun.Andaikan aku bisa mempersembahkan sebuah gunung emaspun pada kalian,itu tidak akan pernah mampu menebus hutang budiku pada kalian berdua.Kau pertaruhkan jiwa dan raga demi untuk mendidik dan membesarkan kami.
         Ayah.....Bunda.....jasa dan namamu akan tetap abadi di dalam sanubari kami....anak-anakmu....
    Yaa ....ALLAH yang maha Agung....Lindungilah kedua orangtua hamba...sebagaimana mereka melindungi hamba di waktu kecil....Berikanlah kebahagiaan kepada kedua orangtua hamba...di dunia dan di akhirat nanti.....Yaa ALLAH.....Amieen....amieen....Yaaa Robbal 'Alaamiinnn.....

RESEP KUE LAPIS


Kue Lapis (tradisional)
Lapis Beras
Bahan:
250 gr tepung beras
75 gr tepung kanji
900 ml santan dari 2 butir kelapa
250 gr gula pasir
1/4 sdt garam
1/8 sdt vanili
2 lembar daun pandan
100 ml santan kental
100 ml air daun suji
2 tetes warna hijau tua
Cara Membuat:
  1. Didihkan santan, daun pandan, dan garam. Diamkan hingga hangat kuku
  2. Aduk tepung beras, tepung kanji, gula, dan vanili. Tuang santan sedikit demi sedikit sambil diuleni
  3. Bagi adonan menjadi 2 bagian. Satu bagian ditambah 100 ml santan kental. Aduk rata
  4. Satu bagian ditambah air daun suji dan pewarna hijau tua. Aduk rata
  5. Tuang 1 sendok sayur adonan putih di loyang loaf yang sudah dialasi plastik dan dialasi minyak.
    Kukus selama 5 menit. Lapisi dengan adonan hijau. Kukus lagi 5 menit
  6. Ulangi melapis sampai adonan habis
untuk 15 potong

Lapis Sagu
Bahan:
575 gr tepung kanji
50 gr tepung beras
1,25 L santan dari 2 butir kelapa
1/2 sdt garam
1/8 sdt vanili
2 lembar daun pandan
2 batang serai, memarkan
350 gr gula pasir
4 tetes pewarna merah
Cara Membuat:
  1. Rebus santan, garam, vanili, daun pandan, dan serai sambil diaduk hingga mendidih.
    Angkat, diamkan sampai hangat kaku
  2. Aduk tepung kanji, tepung beras, dan gula. Tuang santan sambil diuleni
  3. Bagi adonan menjadi 2 bagian. Satu bagian ditambah warna merah dan sisanya dibiarkan putih
  4. Tuang 2 sendok sayur adonan warna putih ke dalam loyang persegi 18x18 cm yang dioles minyak goreng dan dialas plastik.
    Kukus selama 5 menit. Tambahkan 1 sendok sayur adonan merah. Kukus lagi selama 5 menit.
  5. Ulangi melapis adonan sampai adonan habis. Terakhir tutup dengan lapisan merah.
    Kukus lagi selama 30 menit
untuk 20 potong

Lapis Susu
Bahan:
400 gr tepung terigu
150 gr tepung kanji
500 gr gula pasir
1/4 sdt garam
1,4 L susu
2 butir telur, kocok lepas
25 gr coklat bubuk
1/2 sdt coklat pasta
Cara Membuat:
  1. Aduk tepung terigu, tepung kanji, gula, dan garam. Tambahkan susu sambil diaduk rata
  2. Bagi adonan menjadi 2 bagian. Satu bagian ditambah 1 butir telur, coklat bubuk, dan coklat pasta. Aduk rata
  3. Satu bagian ditambah 1 butir telur dan 25 gr tepung terigu. Aduk rata
  4. Tuang 1 sendok sayur adonan putih ke loyang loaf 11x26 cm yang dioles minyak dan dialas plastik.
    Kukus selama 5 menit. Tambahkan 1 sendok sayur adonan coklat lalu ratakan.
    Kukus lagi selama 5 menit
  5. Lakukan melapis dan mengukus sampai adonan habis. Terakhir, kukus kue selama 25 menit
untuk 26 potong